mereka

kasi ikan makan.

24 August 2011

warna emas yang lara.

waktu malam larut - kilas mengilas, kenangan itu mengekornya sampai jauh, nun sampai ke situ.
sejak itu dia mengerti. betapa dirinya akan sentiasa dihambat kenangan itu.
saat matanya terpana, melihat bayang senja yang jatuh menelap tandus pasir,
lalu pasir itu pula, seakan-akan menyalakan sinarnya- warna emas yang lara. menambahkan lagi duka.

sedang leka, awan tiba-tiba merembeskan manik-manik basah yang lebat bukan kepalang.
malah besertakan pula angin yang berlarut-larutan, menghempas bumi dengan kencang.

seketika, hujan pun perlahan-lahan berangkat pergi. berhenti menghempas bumi kala subuh menjelang.
dan tak lama kemudian,perlahan-lahan matahari pun berangkat naik. sedikit demi sedikit.
hingga menjelang duha, maka teranglah suluhannya. segalah di kaki langit.

malam kembali lagi- bulan di langit sedikit menyabit,angin di luar sana berpuput di atas muka bendang.

bulan yang tadinya menyabit kini separuh bercahaya, nampaklah di kejauhan akan warna sawah yang separuh menguning.
bulan semakin terang di langit, saat si kecil makin terpana mendengar cerita ibunya.

warna petang kembali- bunyi desir yang merembas batu-batu dataran yang masih panas dek sekaan matahari.
bau pohon-pohon yang tumbuh di lereng-lereng bukit, terbau di hidungnya.

ahh - berfantasi lagi.
kali ini, tentang kehidupan.
aku masih tetap di sini, walau hari2 yang berlalu,
namun tak terasa sejuk dingin di teduhan bayu petang
hingga matahari merajuk dan tenggelam.

No comments:

Post a Comment